Rumah Adat Bali
Keunikan Rumah Adat Bali
Rumah adat merupakan cerminan dari budaya Bali yang terdapat beberapa nilai-nilai agama Hindu. Ternyata banyak sekali keunikan yang terdapat pada rumah adat tersebut, mulai dari sisi arsitekturnya maupun makna secara filosofi yang terkandung dalam rumah adat tersebut. Nah… agar lebih jelas lagi kali ini kita akan membahas mengenai keunikan dari bangunan rumah adat di Bali.
Struktur Ruangan Rumah
Nama Gapura Bentar yang dimiliki rumah ini sebenarnya berasal dari desain pintu masuknya atau gapura yang diukir dengan sedemikian rupa sehingga tampak menyerupai sebuah candi. Pintu masuk yang berupa gapura ini memiliki ukuran yang sangat besar dan sengaja dibangun tanpa atap penghubung. Disitu hanya ada 2 buah bangunan candi yang kembar, juga saling berhadapan dan terpisah. Keduanya hanya dihubungkan dengan beberapa anak tangga dan sebuah pagar pintu yang biasanya terbuat dari besi.
Jika melihat pada bagian dalam pagar tembok (Panyengker), kita dapat melihat bahwa rumah adat Bali memang sarat dengan nilai-nilai Hindu. Selain itu juga terdapat sebuah bangunan suci di depan rumah yang biasanya digunakan untuk bersembahyang. Hampir sama dengan gapura, bangunan yang digunakan untuk beribadah yang bernama Sanggah dan Pamejaran tersebut juga dipenuhi dengan ukiran dan ornamen-ornamen khas Bali beserta totem-totem pemujaan. Pada tempat tersebut biasanya terdapat sesaji yang diletakan oleh para wanita setiap hari.
Dengan adanya tempat untuk beribadah dalam desain rumah adat Bali tersebut merupakan bukti nyata bahwa kuatnya masyarakat Bali dalam memegang erat falsafah Asta Kosala Kosali. Falsafah ini berisi mengatur hidup masyarakat Bali tentang hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan manusia lain dan hubungannya dengan alam.
Masuk ke bagian dalam rumah, kita juga akan mendapati beberapa ruangan yang memiliki fungsinya masing-masing, contohnya:
- Panginjeng Karang. Ruangan tersebut memiliki fungsi sebagai tempat untuk memuja yang menjaga pekarangan.
- Bale Manten. Ruangan tersebut biasanya digunakan untuk tidur kepala keluarga, anak gadis, dan tempat untuk menyimpan barang-barang berharga. Selain itu pada bagian tersebut juga digunakan untuk bagi pasangan yang baru menikah.
- Bale Gede atau Bale Adat. Biasanya tempat ini sering digunakan untuk upacara lingkaran hidup.
- Bale Dauh. Pada ruangan ini biasanya merupakan tempat untuk bekerja, digelarnya pertemuan dan tempat untuk tidur anak laki-laki.
- Paon. Ruangan di merupakan dapur yang digunakan sebagai tempat untuk memasak.
- Lumbung. Biasanya ruangan dini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan makanan pokok seperti padi dan makanan pokok lainnya.
Material Bangunan
Pada umumnya material yang digunakan untuk membangun rumah adat ini tidak disamaratakan, karena terdapat pengaruh ekonomi dan strata sosial pemiliknya. Untuk masyarakat biasa, pada umumnya dinding rumah ini dibangun menggunakan speci yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan digolongan bangsawan, biasanya menggunakan tumpukan bata.
Adapun pada atapnya, pada umumnya terbuat dari genting tanah, alang-alang, ijuk atau sejenisnya yang sesuai dengan kemampuan finansial pemilik rumah.
Nilai-nilai dalam Rumah Adat Bali
Selain berfungsi sebagai ikon budaya dan tempat tinggal, ternyata rumah Gapura Candi Bentar ini juga mengandung beberapa nilai filosofis yang menggambarkan kearifan lokal budaya masyarakat Bali. Dalam pembangunan misalnya, rumah adat ini dibuat melalui serangkaian proses yang lumayan panjang, yaitu mulai dari proses pengukuran tanah, ritual persembahan kurban dan memohon izin kepada leluhur untuk mendirikan rumah, ritual peletakan batu pertama, proses pengerjaan dan kemudian ditutup dengan upacara syukuran setelah rumah tersebut selesai dibangun.
Semua ritual tersebut dilakukan dengan harapan agar rumah yang didirikan tersebut dapat memberikan manfaat bagi pemilik rumah. Selain itu ada juga beberapa aturan lain yang terdapat pada tata letak dan pembagian ruangan pada rumah tersebut. Misalnya, di sudut utara dan timur rumah digunakan sebagai tempat yang disucikan, sedangkan pada bagian sudut barat dan selatan diyakini memiliki tingkat kesucian yang rendah.
Dengan demikian, setiap masuk pada rumah adat tersebut kita akan menemukan tempat untuk bersembahyang pada bagian sudut utara dan timur. Sedangkan pada sudut rumah sebelah barat dan selatan, kita akan menemukan beberapa tempat seperti: kamar mandi, penjemuran dan lain-lain.
Contoh Rumah Adat Bali
Ternyata rumah adat yang ada di Bali ini terbagi menjadi 2 macam. Adat lebih jelas lagi, pada bab ini kita akan bahas satu persatu. Berikut contoh rumah adat Bali beserta penjelasannya.
Bangunan Gapura Candi Bentar
Bangunan Gapura Candi Bentar dari dulu hingga kini merupakan sebuah rumah adat yang menjadi ciri khas di Bali. Pada salah satu bagian pada rumah adat tersebut terdapat 2 bangunan candi yang terletak sejajar dan digunakan sebagai pintu masuk utama untuk menuju ke halaman area rumah, biasanya pintu masuk utama juga terdapat di suatu Pura atau tempat ibadah umat Hindu di Bali. Meskipun bangunan ini terletak terpisah antara satu dengan yang lainnya, gapura ini masih terhubung dengan adanya pagar besi dan sejumlah anak tangga pada bagian bawah.
Selain bangunan candi,di sekitar gapura juga memiliki julukan Gerbang Terbelah. Mendapatkan julukan tersebut karena pada bentuk bangunannya seolah menggambarkan satu bangunan candi yang dibelah menjadi dua bagian
Rumah Hunian Bali
Selain bangunan Gapura Candi Bentar, ternyata di Bali ada juga rumah adat berupa sebuah bangunan yang memiliki bentuk segi empat, dimana di dalamnya terdapat beberapa macam bangunan yang memiliki fungsi masing-masing. Seluruh bangunan tersebut dikelilingi oleh tembok besar sebagai pemisah antara lingkungan dalam dengan lingkungan luar.
Selain di negara China yang terkenal dengan tata cara penempatan lahan, ternyata di bali juga menerapkan peraturan yang seperti itu. Dalam aturan tersebut harus sesuai syarat dan aturan yang terdapat di kitab suci Weda. Aturan tersebut disebut dengan Asta Kosala Kosali.
Filosofi yang terdapat dalam Asta Kosala Kosali adalah terbangunnya keselarasan dan kedinamisan dalam hidup apabila tercapai suatu hubungan yang damai dan harmonis antara 3 aspek yang disebut dengan Tri Hita Kirana.
Macam-macam Bangunan dalam Rumah Adat Bali
Arsitek atau perancang dari rumah adat Bali biasanya disebut dengan Udagi. Dalam proses pembuatan rumah tersebut, Udagi pastinya berpedoman pada Asta Kosala Kosali, sehingga terbangunlah beberapa bangunan dalam rumah adat Bali sebagai berikut:
Bangunan Angkul-angkul
Angkul-angkul merupakan sebuah bangunan berupa pintu masuk utama dan satu satunya untuk menuju ke dalam rumah adat Bali. Fungsi dari bangunan tersebut hampir sama dengan Gapura Candi Bentar pada Pura, yaitu sama-sama sebagai pintu masuk. Akan tetapi ada perbedaan diantara keduanya, yaitu pada bangunan angkul-angkul terdapat sebuah atap yang menghubungkan kedua sisi pada gapura tersebut. Adapun atap dari bangunan tersebut berupa atap yang berbentuk piramida dan terbuat dari rumput kering.
Aling-aling
Bangunan aling-aling berfungsi sebagai pembatas antara angkul-angkul dengan halaman pekarangan atau tempat suci. Adanya bangunan aling-aling ini dipercaya dapat meningkatkan sifat ruang positif yang muncul akibat adanya dinding pembatas yang mengelilingi rumah atau disebut dengan penyengker. Di dalam penyengker tersebut terdapat sebuah ruangan yang didalamnya terdapat beberapa aktivitas dan kegiatan manusia.
Selain tembok, untuk sekarang ini banyak juga yang menggunakan patung sebagai aling-aling. Sedangkan penyengker dipercaya sebagai batas antara ruang positif dengan ruang negatif.
Bangunan Sanggah atau Pamerajan (Pura Keluarga)
Bangunan Sanggah atau Pamerajan merupakan sebuah tempat suci bagi seluruh rumah yang biasanya ruangan tersebut terletak disudut timur laut dari rumah. Dengan begitu berbagai kegiatan sembahyang dan berdoa biasanya dilakukan ditempat tersebut.
Rumah Adat Bale Menten atau Bale Deja
Bale Menten merupakan sebuah ruangan yang dikhususkan untuk tidur bagi kepala keluarga atau anak gadis. Pada umumnya ruangan tersebut terletak di area sebelah utara (kaja). Bangunan tersebut memiliki bentuk persegi panjang dan terdiri dari dua bale lain yang terletak di sebelah kanan dan kiri ruangan.
Bangunan Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga
Bangunan Bale Dauh ternyata juga sering dijuluki dengan Bale Loji yang merupakan suatu tempat untuk menerima tamu dan juga tempat tidur untuk anak remaja dan biasanya ruangan tersebut terletak disebelah barat. Bangunan tersebut juga terdapat sebuah bale yang terletak dibagian dalam dan berbentuk persegi panjang. Selain itu Bale Dauh juga menggunakan sesaka atau sebuah tiang yang terbuat dari kayu dan juga memiliki sebutan yang berbeda-beda serta tergantung dari jumlah tiang yang ada.
Biasanya pada bale tersebut terdapat 6 buah tiang yang disebut sakenem. Apabila jumlah tiang ada 8 buah, maka disebut dengan sakutus atau astasari, sedangkan jika berjumlah 9 maka disebut dengan sangasari. Selain itu pada bangunan tersebut juga menggunakan bebaturan dengan posisi lantai yang lebih rendah dari Bale Dangin dan Bale Mente.
Bale Sekapat
Bale Sekapat adalah sebuah bangunan yang hampir sama dengan gazebo. Bangunan ini memiliki 4 buah tiang yang digunakan untuk pavilium atau kamar anak, selain itu juga digunakan untuk bersantai. Bangunan tersebut bisa dibilang cukup simple karena hanya berbentuk segi empat dan atap yang berbentuk pelana atau limasan.
Rumah Adat Bale Dangin atau Bale Gede
Salah satu fungsi dari bangunan ini adalah digunakan sebagai tempat upacara adat dan juga untuk beristirahat. Bangunan tersebut terletak disebelah timur atap pada bagian dangin natah umah. Selain itu Bale Dangin memiliki bentuk persegi empat dan juga ada yang berbentuk segi empat tergantung dari jumlah tiang pada bangunan tersebut. Pada biasanya Bale Dangin atau Bale Gede memiliki 12 sesaka atau tiang dan juga terdapat 2 buah bale pada sisi kanan dan kiri.
Bebaturan pada Bale Dangin memiliki lantai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Bale Menten.
Ruangan Paon atau Paweregen
Paon sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan dapur yaitu tempat untuk mengolah dan memasak makanan. Biasanya ruangan tersebut terletak di sisi sebelah selatan atau barat daya dari rumah. Tempat tersebut terbagi menjadi 2 area, yaitu
- Area pertama biasanya ruangan tersebut terbuka dan untuk memasaknya pun menggunakan kayu bakar.
- Pada bagian kedua merupakan ruangan untuk penyimpanan makanan dan alat-alat dapur.
Pada umumnya masyarakat Bali mempercayai bahwa dapur merupakan tempat untuk menghilangkan ilmu hitam atau butha kala yang menempel pada rumah tersebut. Sehingga jika ada salah satu dari anggota keluarga yang baru pulang dari bepergian harus memasuki dapur terlebih dahulu sebelum ia memasuki bangunan atau ruangan yang lainnya.
Jineng atau Klumpu
Jineng atau Klumpu adalah sebuah lumbung padi atau gudang untuk menyimpan bahan pokok seperti beras. Bangunan ini terletak disebelah tenggara atau dekat dengan paon. Atap dari paon ini terbuat dari alang-alang dan biasanya bangunan ini terdiri dari 2 lantai, yang mana pada setiap bagian digunakan untuk menyimpan padi kering dan pada bagian bawah dipasang bale untuk menyimpan padi yang belum kering. Dengan begitu akan memudahkan untuk menjemur dan mengangkat padi yang selama beberapa hari untuk dijemur.
Bentuk dari bangunan tersebut sangat unik dan banyak menginspirasi banyak orang dan ada jua yang memuat hotel dengan arsitek mirip dengan bentuk Jineng. Akan tetapi juga dimodifikasi atau menjadikannya sebuah bale untuk bersantai.
SUMBER : https://balubu.com/rumah-adat-bali/