Kebudayaan Indonesia

Minggu, 18 Maret 2018

RUMAH ADAT BALI


Rumah Adat Bali


Keunikan Rumah Adat Bali

rumah adat bali
Keunikan Rumah Adat di Bali
Rumah adat merupakan cerminan dari budaya Bali yang terdapat beberapa nilai-nilai agama Hindu. Ternyata banyak sekali keunikan yang terdapat pada rumah adat tersebut, mulai dari sisi arsitekturnya maupun makna secara filosofi yang terkandung dalam rumah adat tersebut. Nah… agar lebih jelas lagi kali ini kita akan membahas mengenai keunikan dari bangunan rumah adat di Bali.

Struktur Ruangan Rumah

Nama Gapura Bentar yang dimiliki rumah ini sebenarnya berasal dari desain pintu masuknya atau gapura yang diukir dengan sedemikian rupa sehingga tampak menyerupai sebuah candi. Pintu masuk yang berupa gapura ini memiliki ukuran yang sangat besar dan sengaja dibangun tanpa atap penghubung. Disitu hanya ada 2 buah bangunan candi yang kembar, juga saling berhadapan dan terpisah. Keduanya hanya dihubungkan dengan beberapa anak tangga dan sebuah pagar pintu yang biasanya terbuat dari besi.
Jika melihat pada bagian dalam pagar tembok (Panyengker), kita dapat melihat bahwa rumah adat Bali memang sarat dengan nilai-nilai Hindu. Selain itu juga terdapat sebuah bangunan suci di depan rumah yang biasanya digunakan untuk bersembahyang. Hampir sama dengan gapura, bangunan yang digunakan untuk beribadah yang bernama Sanggah dan Pamejaran tersebut juga dipenuhi dengan ukiran dan ornamen-ornamen khas Bali beserta totem-totem pemujaan. Pada tempat tersebut biasanya terdapat sesaji yang diletakan oleh para wanita setiap hari.
Dengan adanya tempat untuk beribadah dalam desain rumah adat Bali tersebut merupakan bukti nyata bahwa kuatnya masyarakat Bali dalam memegang erat falsafah Asta Kosala Kosali. Falsafah ini berisi mengatur hidup masyarakat Bali tentang hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan manusia lain dan hubungannya dengan alam.
Masuk ke bagian dalam rumah, kita juga akan mendapati beberapa ruangan yang memiliki fungsinya masing-masing, contohnya:
  1. Panginjeng Karang. Ruangan tersebut memiliki fungsi sebagai tempat untuk memuja yang menjaga pekarangan.
  2. Bale Manten. Ruangan tersebut biasanya digunakan untuk tidur kepala keluarga, anak gadis, dan tempat untuk menyimpan barang-barang berharga. Selain itu pada bagian tersebut juga digunakan untuk bagi pasangan yang baru menikah.
  3. Bale Gede atau Bale Adat. Biasanya tempat ini sering digunakan untuk upacara lingkaran hidup.
  4. Bale Dauh. Pada ruangan ini biasanya merupakan tempat untuk bekerja, digelarnya pertemuan dan tempat untuk tidur anak laki-laki.
  5. Paon. Ruangan di merupakan dapur yang digunakan sebagai tempat untuk memasak.
  6. Lumbung. Biasanya ruangan dini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan makanan pokok seperti padi dan makanan pokok lainnya.

Material Bangunan

Pada umumnya material yang digunakan untuk membangun rumah adat ini tidak disamaratakan, karena terdapat pengaruh ekonomi dan strata sosial pemiliknya. Untuk masyarakat biasa, pada umumnya dinding rumah ini dibangun menggunakan speci yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan digolongan bangsawan, biasanya menggunakan tumpukan bata.
Adapun pada atapnya, pada umumnya terbuat dari genting tanah, alang-alang, ijuk atau sejenisnya yang sesuai dengan kemampuan finansial pemilik rumah.

Nilai-nilai dalam Rumah Adat Bali

Selain berfungsi sebagai ikon budaya dan tempat tinggal, ternyata rumah Gapura Candi Bentar ini juga mengandung beberapa nilai filosofis yang menggambarkan kearifan lokal budaya masyarakat Bali. Dalam pembangunan misalnya, rumah adat ini dibuat melalui serangkaian proses yang lumayan panjang, yaitu mulai dari proses pengukuran tanah, ritual persembahan kurban dan memohon izin kepada leluhur untuk mendirikan rumah, ritual peletakan batu pertama, proses pengerjaan dan kemudian ditutup dengan upacara syukuran setelah rumah tersebut selesai dibangun.
Semua ritual tersebut dilakukan dengan harapan agar rumah yang didirikan tersebut dapat memberikan manfaat bagi pemilik rumah. Selain itu ada juga beberapa aturan lain yang terdapat pada tata letak dan pembagian ruangan pada rumah tersebut. Misalnya, di sudut utara dan timur rumah digunakan sebagai tempat yang disucikan, sedangkan pada bagian  sudut barat dan selatan diyakini memiliki tingkat kesucian yang rendah.
Dengan demikian, setiap masuk pada rumah adat tersebut kita akan menemukan tempat untuk bersembahyang pada bagian sudut utara dan timur. Sedangkan pada sudut rumah sebelah barat dan selatan, kita akan menemukan beberapa tempat seperti: kamar mandi, penjemuran dan lain-lain.

Contoh Rumah Adat Bali

Ternyata rumah adat yang ada di Bali ini terbagi menjadi 2 macam. Adat lebih jelas lagi, pada bab ini kita akan bahas satu persatu. Berikut contoh rumah adat Bali beserta penjelasannya.

Bangunan Gapura Candi Bentar

contoh rumah adat bali
Gapura Candi Bentar
Bangunan Gapura Candi Bentar dari dulu hingga kini merupakan sebuah rumah adat yang menjadi ciri khas di Bali. Pada salah satu bagian pada rumah adat tersebut terdapat 2 bangunan candi yang terletak sejajar dan digunakan sebagai pintu masuk utama untuk menuju ke halaman area rumah, biasanya pintu masuk utama juga terdapat di suatu Pura atau tempat ibadah umat Hindu di Bali. Meskipun bangunan ini terletak terpisah antara satu dengan yang lainnya, gapura ini masih terhubung dengan adanya pagar besi dan sejumlah anak tangga pada bagian bawah.
Selain bangunan candi,di sekitar gapura juga memiliki julukan Gerbang Terbelah. Mendapatkan julukan tersebut karena pada bentuk bangunannya seolah menggambarkan satu bangunan candi yang dibelah menjadi dua bagian

Rumah Hunian Bali

keunikan rumah adat bali
Struktur Rumah Hunian Penduduk Bali
Selain bangunan Gapura Candi Bentar, ternyata di Bali ada juga rumah adat berupa sebuah bangunan yang memiliki bentuk segi empat, dimana di dalamnya terdapat beberapa macam bangunan yang memiliki fungsi masing-masing. Seluruh bangunan tersebut dikelilingi oleh tembok besar sebagai pemisah antara lingkungan dalam dengan lingkungan luar.
Selain di negara China yang terkenal dengan tata cara penempatan lahan, ternyata di bali juga menerapkan peraturan yang seperti itu. Dalam aturan tersebut harus sesuai syarat dan aturan yang terdapat di kitab suci Weda. Aturan tersebut disebut dengan Asta Kosala Kosali.
Filosofi yang terdapat dalam Asta Kosala Kosali adalah terbangunnya keselarasan dan kedinamisan dalam hidup apabila tercapai suatu hubungan yang damai dan harmonis antara 3 aspek yang disebut dengan Tri Hita Kirana.

Macam-macam Bangunan dalam Rumah Adat Bali

Arsitek atau perancang dari rumah adat Bali biasanya disebut dengan Udagi. Dalam proses pembuatan rumah tersebut, Udagi pastinya berpedoman pada Asta Kosala Kosali, sehingga terbangunlah beberapa bangunan dalam rumah adat Bali sebagai berikut:

Bangunan Angkul-angkul

 keunikan rumah adat bali
Bangunan Angkul-angkul di Bali
Angkul-angkul merupakan sebuah bangunan berupa pintu masuk utama dan satu satunya untuk menuju ke dalam rumah adat Bali. Fungsi dari bangunan tersebut hampir sama dengan Gapura Candi Bentar pada Pura, yaitu sama-sama sebagai pintu masuk. Akan tetapi ada perbedaan diantara keduanya, yaitu pada bangunan angkul-angkul terdapat sebuah atap yang menghubungkan kedua sisi pada gapura tersebut. Adapun atap dari bangunan tersebut berupa atap yang berbentuk piramida dan terbuat dari rumput kering.

Aling-aling

rumah adat bali
Contoh Bangunan Aling-aling
Bangunan aling-aling berfungsi sebagai pembatas antara angkul-angkul dengan halaman pekarangan atau tempat suci. Adanya bangunan aling-aling ini dipercaya dapat meningkatkan sifat ruang positif yang muncul akibat adanya dinding pembatas yang mengelilingi rumah atau disebut dengan penyengker. Di dalam penyengker  tersebut terdapat sebuah ruangan yang didalamnya terdapat beberapa aktivitas dan kegiatan manusia.
Selain tembok, untuk sekarang ini banyak juga yang menggunakan patung sebagai aling-aling. Sedangkan penyengker dipercaya sebagai batas antara ruang positif dengan ruang negatif.

Bangunan Sanggah atau Pamerajan (Pura Keluarga)

keunikan rumah adat bali
Bangunan Sanggah di Bali
Bangunan Sanggah atau Pamerajan merupakan sebuah tempat suci bagi seluruh rumah yang biasanya ruangan tersebut terletak disudut timur laut dari rumah. Dengan begitu berbagai kegiatan  sembahyang dan berdoa biasanya dilakukan ditempat tersebut.

Rumah Adat Bale Menten atau Bale Deja

contoh bangunan rumah adat bali
Bale Mente atau Bale Deja
Bale Menten merupakan sebuah ruangan yang dikhususkan untuk tidur bagi kepala keluarga atau anak gadis. Pada umumnya ruangan tersebut terletak di area sebelah utara (kaja). Bangunan tersebut memiliki bentuk persegi panjang dan terdiri dari dua bale lain yang terletak di sebelah kanan dan kiri ruangan.

Bangunan Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga

keunikan rumah adat di bali
Contoh Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga
Bangunan Bale Dauh ternyata juga sering dijuluki dengan Bale Loji yang merupakan suatu tempat untuk menerima tamu dan juga tempat tidur untuk anak remaja dan biasanya ruangan tersebut terletak disebelah barat. Bangunan tersebut juga terdapat sebuah bale yang terletak dibagian dalam dan berbentuk persegi panjang. Selain itu Bale Dauh juga menggunakan sesaka atau sebuah tiang yang terbuat dari kayu dan juga memiliki sebutan yang berbeda-beda serta tergantung dari jumlah tiang yang ada.
Biasanya pada bale tersebut terdapat 6 buah tiang yang disebut sakenem. Apabila jumlah tiang ada 8 buah, maka disebut dengan sakutus atau astasari, sedangkan jika berjumlah 9 maka disebut dengan sangasari. Selain itu pada bangunan tersebut juga menggunakan bebaturan dengan posisi lantai yang lebih rendah dari Bale Dangin dan Bale Mente.

Bale Sekapat

contoh rumah adat bali
Contoh Bangunan Bale Sekapat
Bale Sekapat adalah sebuah bangunan yang hampir sama dengan gazebo. Bangunan ini memiliki 4 buah tiang yang digunakan untuk pavilium atau kamar anak, selain itu juga digunakan untuk bersantai. Bangunan tersebut bisa dibilang cukup simple karena hanya berbentuk segi empat dan atap yang berbentuk pelana atau limasan.

Rumah Adat Bale Dangin atau Bale Gede

nama nama rumah adat bali
Bale Dangin di Bali
Salah satu fungsi dari bangunan ini adalah digunakan sebagai tempat upacara adat dan juga untuk beristirahat. Bangunan tersebut terletak disebelah timur atap pada bagian dangin natah umah. Selain itu Bale Dangin memiliki bentuk persegi empat dan juga ada yang berbentuk segi empat tergantung dari jumlah tiang pada bangunan tersebut. Pada biasanya Bale Dangin atau Bale Gede memiliki 12 sesaka atau tiang dan juga terdapat 2 buah bale pada sisi kanan dan kiri.
Bebaturan pada Bale Dangin memiliki lantai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Bale Menten.

Ruangan Paon atau Paweregen

contoh rumah adat bali
Ruangan Paon atau Paweregen
Paon sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan dapur yaitu tempat untuk mengolah dan memasak makanan. Biasanya ruangan tersebut terletak di sisi sebelah selatan atau barat daya dari rumah. Tempat tersebut  terbagi menjadi 2 area, yaitu
  • Area pertama biasanya ruangan tersebut terbuka dan  untuk memasaknya pun menggunakan kayu bakar.
  • Pada bagian kedua merupakan ruangan untuk penyimpanan  makanan dan alat-alat dapur.
Pada umumnya masyarakat Bali mempercayai bahwa dapur merupakan tempat untuk menghilangkan ilmu hitam atau butha kala  yang menempel pada rumah tersebut. Sehingga jika ada salah satu dari anggota keluarga yang baru pulang dari bepergian harus memasuki dapur terlebih dahulu sebelum ia memasuki bangunan atau ruangan yang lainnya.

Jineng atau Klumpu

contoh rumah adat bali
Bangunan Jineng atau Klumpu
Jineng atau Klumpu adalah sebuah lumbung padi atau gudang untuk menyimpan bahan pokok seperti beras. Bangunan ini terletak disebelah tenggara atau dekat dengan paon. Atap dari paon ini terbuat dari alang-alang dan biasanya bangunan ini terdiri dari 2 lantai, yang mana pada setiap bagian digunakan untuk menyimpan padi kering dan pada bagian bawah dipasang bale untuk menyimpan padi yang belum kering. Dengan begitu akan memudahkan untuk menjemur dan mengangkat padi yang selama beberapa hari untuk dijemur.
Bentuk dari bangunan tersebut sangat unik dan banyak menginspirasi banyak orang dan ada jua yang memuat hotel dengan arsitek mirip dengan bentuk Jineng. Akan tetapi juga dimodifikasi atau menjadikannya sebuah bale untuk bersantai.

SUMBER : https://balubu.com/rumah-adat-bali/

RUMAH ADAT YOGYAKARTA



Rumah Adat Yogyakarta 


Rumah Joglo 

Rumah joglo adalah rumah tradisional Jawa yang paling sempurna. Bangunan ini mempunyai bentuk yang besar dan membutuhkan kayu yang lebih banyak dalam pembuatannya. Bentuk khas dari bangunan joglo adalah menggunakan blandar bersusun melebar ke atas yang disebut blandar tumpangsari. Bangunan tersebut mempunyai empat tiang pokok yang terletak di tengah yang disebut sakaguru.Terdapat pula kerangka yang berfungsi sebagai penyiku atau penguat bangunan agar tidak bergeser posisinya yang disebut sunduk kili. Letak kerangka tersebut terletak di ujung sakaguru di bawah blandar. Apabila pada masing-masing sisi itu terdapat sunduk, maka sunduk keliling itu disebut koloran atau kendhit (ikat pinggang). Bentuk bangunan joglo ini mempunyai ukuran bujur sangkar. 

Susunan rumah joglo biasanya dibagi tiga, yaitu ruangan pertemuan yang disebut pendapa, ruang tengah atau ruang tempat pentas wayang (ringgit) yang disebut pringgitan, dan ruang belakang yang disebut dalem atau omah jero sebagai ruang keluarga. Dalam ruang keluarga terdapat tiga buah sentong (bilik): sentong kiwo (bilik kiri), sentong tengah (bilik tengah), dan sentong tengen (bilik kanan). 

Bagi kalangan bangsawan, biasanya di sebelah kiri dan kanan ruang keluarga ada bangunan kecil memanjang yang disebut gandok. Bangunan kecil tersebut mempunyai banyak kamar. 

gambar rumah joglo yogyakarta

Pendapa milik bangsawan selain sebagai tempat menerima tamu juga berfungsi sebagai tempat menggelar kesenian tradisional seperti tari-tarian. Para undangan yang menyaksikan duduk di sebelah kiri dan kanan pendapa, sedangkan pihak tuah rumah duduk dalam ruangan menghadap ke arah depan. 

Sentong kiwo dipergunakan untuk menyimpan senjata atau barang-barang keramat. Sentong tengah berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewi Sri atau dewi kesuburan sehingga disebut juga dengan pasren. Di dalam pasren terdapat genuk (gentong) yang terbuat dari tanah liat dan berisi sejimpit beras, kendi berisi air, juplak (lampu minyak kelapa), lampu robyong, model burung garuda, paidon (jambangan dari kuningan tempat membuang air ludah), dan loro blonyo, yaitu patung sepasang pengantin duduk bersila yang terbuat dari tanah liat atau kayu. Patung mempelai pria di sebelah kanan dan patung mempelai perempuan di sebelah kiri. Keduanya terletak di tengah dua buah paidon. Adapun sentong tengen untuk kamar tidur. 

Dalem atau ruang keluarga digunakan untuk hal yang bersangkut-paut dengan pembicaraan kalangan sendiri, merenungkan peristiwa atau pekerjaan lampau, memberikan nasihat kepada sanak keluarga, sampai kegiatan upacara adat yang sakral, yaitu puncak dari rangkaian upacara adat yang sebelumnya diselenggarakan di tempat lain. 

Peringitan dimanfaatkan untuk menerima tamu khusus. Ia juga digunakan untuk pertunjukan wayang kulit. Cerita yang dipilih biasanya terkait dengan perilaku manusia yang sarat dengan perbuatan tercela, sehingga memerlukan nasihat agar berbuat lebih baik di kemudian hari. 


Dalam perkembangannya, bentuk joglo mengalami perubahan-perubahan seperti joglo lawakan, joglo sinom, joglo jompongan, joglo pangrawit, joglo mangkurat, joglo hageng, dan joglo semar tinandhu. 

Rumah Limasan 

Rumah limasan adalah rumah tradisional yang banyak dibangun oleh masyarakat Yogyakarta. Rumah ini cukup sederhana dan tidak membutuhkan banyak biaya dalam pembuatannya. 

Limasan berasal dari kata limolasan yang berarti limabelasan. Perhitungan sederhana dalam pembuatan rumah limasan adalah dengan ukuran molo 3 m dan blandar 5 m. Molo adalah kerangka rumah paling atas yang bentuknya memanjang horizontal di ujung atap. Ibarat manusia, molo adalah kepalanya. Oleh karena itu sebelum molo dipasang, orang tidak boleh melangkahinya. Inilah bagian rumah yang dianggap paling keramat. Jika kita menggunakan molo 10 m, maka blandarnya harus berukuran 15 m. 

Dalam perkembangannya bangunan limasan mempunyai bentuk sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, muncul macam-macam limasan, seperti limasan lawakan, limasan gajah ngombe, limasan gajah njerum, limasan apitan, limasan klabang nyander, limasan pacul gowang, limasan gajah mungkur, limasan cere gancet. limasan apitan pengapit, limasan lambang teplok, limasan semar tinandhu, limasan trajumas lambang gantung, limasan trajumas, limasan trajumas lawakan, limasan lambangsari, dan limasan sinom lambang gantung rangka kuthuk ngambang. 

gambar rumah limasan yogyakarta

Ruangan dalam rumah limasan terbagi tiga, yaitu ruang depan, ruang tengah dan ruang belakang. Ruang belakang dibagi menjadi sentong kiwo, sentong tengah, dan sentong tengen. Penambahan kamar biasanya ditempatkan di sebelah sentong kiwo ataupun sentong tengen. 

Bagi petani, sentong kiwo berfungsi untuk menyimpan alat-alat pertanian, sentong tengah untuk menyimpan hasil pertanian seperti padi dan ubi-ubian. dan sentong tengen digunakan untuk kamar tidur. 


Rumah Kampung 

Rumah kampung terdiri dari soko (tiang) yang berjumlah 4, 6 atau 8 dan seterusnya. Biasanya rumah jenis ini hanya memerlukan 8 soko. Atap terletak pada dua belah sisi atas rumah dengan satu bubungan atau wuwung. Dalam perkembangannya, rumah kampung mengalami banyak perubahan dan variasi sehingga muncullah aneka rumah kampung. Di antaranya adalah kampung pacul gowang, kampung srotong, kampung dara gepak, kampung klabang nyander, kampung lambang teplok, kampung lambang teplok semar tinandhu, kampung gajah njerum, kampung cere gancet, dan kampung semar pinondhong. 

gambar rumah kampung yogyakarta

Rumah Panggang-Pe 

Rumah panggang-pe merupakan bentuk rumah yang paling sederhana dan merupakan bangunan dasar. Inilah bangunan pertama yang dipakai orang untuk berlindung dari gangguan angin, udara dingin, air hujan, dan terik matahari. Bangunan sederhana ini hanya membutuhkan empat atau enam tiang. Di sekelilingnya ditegakkan dinding dari anyaman bambu atau papan. Karena amat sederhana, maka ruangannya hanya satu. 



SUMBER : https://www.senibudayaku.com/2018/02/rumah-adat-yogyakarta.html


RUMAH ADAT KALIMANTAN BARAT


Rumah Adat Kalimantan Barat


Kalimantan Barat terletak di bagian barat Pulau Kalimantan dengan ibukota di Pontianak. Di provinsi ini terdapat banyak sungai, baik besar maupun kecil. Oleh karena itu, provinsi ini dikenal juga dengan provinsi ‘seribu sungai’.

Rumah Adat Kalimantan Barat


























Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan Malaysia di daerah Serawak. Kalimantan Barat terdiri dari 12 kabupaten dan 6 kota. Kabupatennya yaitu Kabupaten Bengkayang, Kapus Hulu, Kayong Utara, Ketapang, Mempawah, Kubu Raya, Landak, Melawi, Sambas, Sanggau, Sekadau dan Sintang. Empat kota yang terdapat di Kalimantan Barat yaitu Kota Ketapang, Mempawah, Pontianak, Sambas, Sintang, dan Singkawang.
Advertisement

Baca Juga : Rumah Adat Kalimantan Timur 

Suku mayoritas di Kalimantan Barat adalah Suku Dayak dan Suku Melayu. Suku Dayak bermata pencarian sebagai petani dengan sistem ladang berpindah. Bersamaan dengan memulai kegiatan berladang, Suku Dayak juga akan membuat rumah sementara. Rumah ini akan digunakan sebagai tempat tinggal sementara, meskipun demikian, setiap keluarga besar tetap mempunyai rumah tetap sendiri. Rumah tetap tersebutlah yang menjadi Rumah Adat Kalimantan Barat.

Advertisement

Rumah Panjang

Dalam bahasa Dayak Kanayatn, Rumah Adat Kalimantan Barat disebut dengan rumah Radakng atau rumah Panjang.  Sesuai namanya, rumah adat ini merupakan rumah panggung setinggi 5-8 meter dari permukaan tanah dan berbentuk persegi panjang dengan panjang hingga 180 meter dan lebar hingga 30 meter. 

Dibangunnya rumah adat Panjang dimaksudkan untuk melindungi keluarga dari serangan suku-suku lain, menghindari serangan binatang buas, dan sebagai tindakan antisipasi ketika terjadi banjir akibat meluapnya sungai.

Rumah Panjang merupakan gambaran adat istiadat dan sosial Suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Barat. Material utama Rumah Adat Kalimantan Barat ini adalah kayu. Rumah adat ini didiami satu keluarga inti dan beberapa keluarga lainnya. Setiap keluarga menempati satu kamar. Selain sebagai tempat tinggal beberapa keluarga, rumah Panjang juga digunakan untuk kegiatan bermasyarakat. Termasuk sebagai tempat pertemuan-pertemuan masyarakat, upacara adat, dan ritual-ritual adat Suku Dayak.

Konstruksi rumah

Rumah adat Kalimantan Barat memiliki konstruksi bangunan yang unik. Ada 3 bagian utama dalam kontruksi rumah ini, yaitu :
  1. Tangga : disebut juga hejot. Jumlah tangga haruslah ganjil, umumnya terdapat 3 tangga dalam 1 rumah, yaitu di bagian depan rumah serta di bagian ujung kiri dan kanan rumah. Namun demikian hal ini masih tergantung dengan ukuran rumah. Semakin besar rumah, jumlah tangganya juga akan semakin banyak.
  2. Badan rumah : rumah Panjang dibangun menggunakan kayu Ulin yang kokoh dan dapat bertahan hingga ratusan tahun. Setiap ruangan disekat-sekat. Penyekatnya merupakan dinding dari papan kayu.
  3. Lantai : lantai rumah biasanya terbuat dari bambu, belahan batang pinang atau kayu bulat sebesar pergelangan tangan.

Pembagian ruangan

Rumah adat Kalimantan Barat terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:
  1. Pante: teras rumah. Pante terdapat di depan rumah dengan atap yang menjorok ke luar. Bagian ini berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan upacara adat, tempat menjemur padi dan pakaian.
  2. Samik: ruang tamu. Di ruangan ini terdapat satu pene, yaitu meja berbentuk lingkaran yang digunakan untuk meletakkan hidangan saat menerima tamu.
  3. Ruang keluarga. Ruangan ini berukuran panjang 6 meter dan lebar 6 meter. Ruangan ini berbentuk persegi panjang dan terletah di bagian tengah rumah. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga untuk melakukan berbagai kegiatan bersama.
  4. Kamar tidur. Kamar tidur terletak di sepanajng rumah secara berjejeran. Kamar tidur orang tua berada di ujung aliran sungai, kemudian berderet hingga yang paling ujung hilir sungai. Bagian paling ujung hilir sungai harus didiami oleh anak bungsu.
  5. Bagian belakang rumah. Digunakan sebagai dapur dan tempat untuk menyimpan hasil panen dan alat-alat pertanian. Dapur harus menghadap ke aliran sungai. Hal ini dipercaya akan mendatangkan rezeki.

Filosofi Rumah Adat Kalimantan Barat

Sesuai dengan bentuk dan peruntukannya, rumah adat Kalimantan Barat menggambarkan sifat kebersamaan dan toleransi antar setiap anggota keluarga.

Gambar Rumah Adat Kalimantan Barat






















Bagian hulu rumah harus searah dengan matahari terbit, sedangkan bagian hilir rumah harus searah dengan matahari terbenam. Hal tersebut melambangkan kerja keras dalam mengarungi kehidupan, mulai dari matahari terbit hingga matahari terbenam.



SUMBER :  http://kisahasalusul.blogspot.com/2016/03/rumah-adat-kalimantan-barat.html